• Siram

    pascamagrib yang mengimpit
    di rumah tua—dengan tiga kepala
    ia menyalakan api untuk air kuali
    bagi raga yang mendamba suam
    di seputaran hujan
    ibu sembahyang: salat
    mengaji, dan makan
    kakak melatih mata
    lebih gigih di muka acang
    dalam empat kali gugur abu
    karnaval gelembung
    telah meletup-letup
    siapa yang hendak bersiram
    di atas tungku?

  • Caesalpinia

    caesalpinia pulcherrima fabaceae,
    apakah kau akan menyahuti
    pernyataanku ketika aku menyebut
    namamu secara fasih.

    mengapa orang-orang berlari
    saat matahari hendak pergi
    petang makin lekas
    tapi tak ada yang terhenti

    mungkin yang diam itu berarti selesai
    jika ia mengakuinya sendiri.

    ada tubuh pohon terbaring
    namun tak terjamah
    sekalipun ia menawarkan
    yang indah.

    yang indah itu mungkin berada
    di dalam hijau, di balik misteri
    daun-daun terjatuh, satu persatu
    basah dan berseri

    mengapa hanya itu
    yang tertangkup mata ini.

    matahari lesap, bohlam taman
    menyala
    dan orang-orang masih berlari.
    mungkin di antaranya bukan mereka lagi

    danau ugm, 2023

  • Jarak

    untuk sabatina

    mungkinkah ini jogja.

    selasa dengan hujan yang ringkas
    panas yang masih kembali
    lengket debu jalanan
    dan bauran keringat.
    lalu tisu-tisu berjingkat
    dari paras hingga leher

    apak dan menggelikan.

    dan sesekali aku menengok
    ke luar jagat ini, sembari menerka
    pesanmu belum sampai
    karena aku sedang kehilangan
    dirimu.

    mungkinkah ini jogja.

    mungkinkah ini istimewa.

    mata kita berjarak 9 menit
    aku mulai suka mengukur sesuatu
    menggunakan waktu sejak saat itu,
    sejak kau tampak terpesona pada
    sekarang yang tak pernah ada,
    kata-kata besar alejandra itu.

    ini hanya antara kampus
    berakal dan rohani
    tapi sejauh itukah jarak ini.

    jogja, 2023

  • Di Kedai

    dalam gugur abu, aku teringat
    wajah yang dulu tak berniat
    akan kuingat, karena aku mempercayai
    kebersamaan yang kekal, meski
    pada saat yang sama, aku tunduk
    pada ketidakmungkinannya.
    yang pernah di sini, yang berseberangan
    di atas meja ini, tidak abadi—tapi
    setidaknya mereka pernah
    melewati kini, di sini.
    dan kini, aku tak akan
    menyandarkan punggung dan
    membiarkan bara api menggerogoti
    segulung tembakau secara alami.
    sebab, aku sendiri.

  • Di Luar Kata

    mungkin kata
    belum jadi milik kita lagi
    seperti celoteh burung-burung
    yang mengasingi pelik kabel kota
    suhu landai februari
    tak membawa sepasang jiwa
    pada meja
    mungkin ini ganjil
    tapi gerbong, museum, teater
    seakan terkubur musim